Selasa, 26 Juli 2011

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN
Oleh: Dadang, S.Ag, S.IPI, M. Pd.I


A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal pikirannya/kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang. Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan zaman maka diperlukan satu pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta, rasa dan karsa. Dimana ketiga hal tersebut di atas akan menjadi motivasi bagi manusia untuk saling berlomba dalam mencapai kemajuan sehingga keberadaan pendidikan menjadi semakin urgen. Yang pada akhirnya menjadikan pendidikan sebagai kunci utama kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Dunia pendidikan Islam secara historis dimulai pada 8-12 M merupakan puncak keemasan pendidikan Islam yang banyak melahirkan pemikir-pemikir pendidikan (Jusuf A. Feisal,1995, hlm. 198). Salah satu rahasia kesuksesan puncak keemasan pendidikan Islam pada saat itu terletak kepada kebebasan mimbar akademik, demokratisasi serta berpengang teguh pada etika akademik atau akhlak sangat dijujung tinggi, dengan menjadikan Al-qur’an dan Hadis sebagai motivator pengembangan ilmu, akan tetapi pasca abad ke-12 dunia pendidikan Islam mengalami kemunduran yang nyaris memasuki periode kejumudan dimana ijtihad telah tertutup, atau menurut istilah Harun Nasution, bukan ijithad telah tertutup, tetapi karena tidak ada yang berani berijtihad. Sehingga kemuduran terjadi dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan (http://www.fai.umj.ac.id).
Usaha-usaha para pemikir untuk membenahi atau mengadakan pembaharuan system pendidikan Islam terus dilakukan, karena salah satu esensi dari pembaharuan adalah upaya terus menerus menganalisis keadaan dan mencermati peluang-peluang perbaikan yang mesti dilakukan. Hal ini diakui Fazlur Rahman bahwa usaha pembaharuan pendidikan adalah mesin rekayasa peradaban dan budaya yang akan menjamin kesiapan masyarakat tertentu menghadapi masa depannya. Oleh karena itu, kehadiran mata kuliah pemikiran pendidikan dalam Islam harus dilihat sebagai upaya pembaharuan pendidikan.

a) Pembahasan
1. Istilah-istilah pendidikan dalam Al-Qur’an
Hasan Langgulung, seperti yang dikutip oleh Moh. Said (2005, hlm.43) mengartikan pendidikan itu dengan menggunakan tiga istilah yaitu “ta’lim”, “tarbiyah” dan “ta’dib”.
a) Pendidikan dalam pengertian “ta’lim” ,sesuai dengan firman-Nya :

               

“Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman : sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Al-Baqarah : 31)

b) Pendidikan dalam pengertian “tarbiyah”, berdasarkan firman Allah SWT :
     
“…Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (Q.S.Al-Isra’ : 24)
c) Istilah pendidikan dalam Islam juga disebut dengan kata “ta’dib” sebagaimana yang dimaksud dengan Sabda Rasulullah SAW yang artinya :

“Allah mendidikku, maka Ia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan” (H.R : Al-Sam’ani)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntunan dan tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak yang memiliki sasaran, proses, target dan tujuan tertentu.

2. Tujuan pendidikan dalam Al-Qur’an
Adapun tujuan pendidikan dalam Islam adalah terbentuknya anak didik menjadi hamba Allah yang berkepribadian muttaqin, bertanggung jawab dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (Ahmadi 2001, hlm.115).
Al-Syaibani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Semetara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, pisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fil ardh.
Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya didunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.
Sedangkan menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly dalam Samsul Nizar ( 2002, hlm. 36-37) tujuan pendidikan Islam menurut al-Qur’an meliputi : 1). Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. 2). Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. 3). Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. 4) menjelaskan hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.
Berbeda dengan Muhammad Athiyah al-Abrasyi (1984, hlm. 1-4), bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri dari atas 5 sasaran, yaitu :
1) Membentuk akhlak mulia
2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3) Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4) Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik
5) Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian peserta didik menuju akhlak mulia.

3. Prinsip-prinsip pendidikan Islam dalam Al-Qur’an
Kata ‘prinsip’ adalah akar kata dari principta yang diartikan sebagai permualaan, yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu’ . jadi kalau berbicara mengenai prinsip pendidikan Islam, maka pelaksanaan pendidikan ini telah digariskan oleh prinsip atau konsep dalam ajaran Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah;
Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan diri ; Manusia adalah makhluk paedagogik, yaitu makhluk Allah yang dapat dididik dan dapat mendidik. Potensi itu ada dengan adanya pemberian Allah berupa akal-pikiran, perasaan, nurani, yang akan dijalani manusia baik sebgai makhluk individu maupun sebagai makhluk yang bermasarakat. Potensi yang besar tidak akan bisa kita manfaatkan jika kita tidak berusaha untuk mengaktifkan, mengembangkan dan melatihnya. Hal itu membutuhkan sebuah proses yang akan memakan waktu, tenaga bahkan biaya, tetapi mengingat potensi yang luar biasa yang kita akan raih hal itu tidak ada artinya apa-apa. Jadi pendidikan adalah proses untuk mengembangakan potensi diri.
Pendidikan Islam penuh dengan nilai insaniah dan ilahiyah; Agama Islam adalah sumber akhlak, kedudukan akhlak sangatlah penting sebagai pelengkap dalam menjalankan fungsi kemanusiaan di bumi. Pendidikan merupakan proses pembinaan akhlak pada jiwa. Meletakkan nilai-nilai moral pada anak didik harus diutamakan. Nilai-nilai ketuhanan harus dikedepankan, pendidikan Islam haruslah memperhatikan pendidikan akhlak atau nilai dalam setiap pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat tertinggi dan mengutamakan fadhilah dan sendi moral yang sempurna.
Prinsip Keseimbangan hidup; Dalam pendidikan Islam prinsip keseimbangan meliputi; Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat Keseimbangan antara kebutuhan jasmanai dan rohani Keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan amal.
Prinsip ini telah ditegaskan dalam al-Qur'an (Al-Qashas;77);
                  

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan kepadamau (kebahagiaan) negeri akhirat, dan jaganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu…’

Prinsip persamaan; Kesempatan belajar dalam Islam sama antara laki-laki dan perempuan, oleh karena itu kewajiban untuk menuntut ilmu juga sama. Sistem pendidikan tidak mengenal perbedaan dan tidak membeda-bedakan latar belakang orang itu jika dia mau menuntut ilmu. Semua punya potensi yang sama untuk di didik dan punya kesempatan yang sama untuk memproses diri dalam pendidikan.
Prinsip seumur hidup, sepanjang masa; Pendidikan yang dianjurkan tidak mengenal batas waktu, tidak mengenal umur. Seumur hidup manusia harunya terdidik, mulai dari lahir sampai ke liang lahat. Seluruh kehidupan kita digunakan sebagai proses pendidikan, sebagai proses untuk menjadi hamba yang baik, menjadi insan kamil.
Prinsip diri; Orang telah kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri. Sebenarnya sudah mati sebeluhm mereka hidup, sebab tidak bisa melihat dunia dengan potensi panca indranya sendiri. Manusia adalah makhluk yang sempurna dengan berbekal akal, perasaan yang bisa dikembangkan. dengan inilah harkat manusia lebih tinggi di banding makhluk lainya. Atau bahkan karena akalnyapun manusia bisa unggul dari manusia satu dengan manusia lainya.

4. Metode pendidikan Islam dalam al-Qur’an
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Perlu difahami bahwa penggunaan metode dalam pendidikan Islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar.
Dalam konteks pengembangan metode pendidikn Islam dalam al-Qur’an, menurut Abdul Munir Mulkhan (1993, hlm. 249-250) antara lain :
a. Allah menyuruh hamba-Nya untuk mencontoh Rasulullah, sebab sesungguhnya pada diri Rasulullah ini terdapat teladan yang baik( Q.S. Al-Ahzab/33: 21)
       

b. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan hikmah, pengajaran yang baik dan argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan ( Q.S. An Nahl/ 16 : 125).
            
c. Allah mmerintahkan umat Islam untuk mengembangkan sikap arif dan bijaksana dalam melakukan dan menyelesaikan suatu aktivitas (berdiskusi dan bermusyawarah) serta bertawakal kepada kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran/ 3: 159 dan Asy Syuura/42: 38).
                              •    

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.


           

Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.

Sedangkan menurut Muhammad Quthb dan Abdullah Ulwan dalam Hery Noer Aly, bahwa metode pendidikan Islam yang terpenting sebagai berikut :

1. Keteladanan
Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah langkuh, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menunjukkan kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan. Antara lain terlihat pada ayat-ayat yang mengemukakan pribadi-pribadi yang teladan seperti di bawah ini :

       
Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim

2. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya) (M.D. Dahlan 1979, 7). Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak.

3. Memberi Nasihat
Yang dimaksud dengan nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan Islam. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat.

5. Kurikulum Pendidikan Islam dalam Al-Quran
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktiviti, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam (H.syamsul Bahri Tanrere, 1993).
Kurikulum salah satu komponen yang sangat menentukan sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus pedoman dalam pelaksaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Perlu ditegaskan terlebih dahulu dalam kurikulum pendidikan Islam ada dua kurikulum inti sebagai kerangka dasar operasional pengembangan kurikulum. Pertama, tauhid sebagai unsur pokok yang tidak dapat dirubah. Kedua, perintah membaca ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat, yaitu: 1) ayat Allah yang berdasarkan wahyu, 2) ayat Allah yang ada pada diri manusia, 3) ayat Allah yang terdapat di alam semesta atau di luar manusia.
Adapun prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam adalah:
1. Adanya pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya.
2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
3. Keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
4. Perkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan, dan juga dengan alam sekitar, fisik, dan sosial tempat berinteraksi.
5. Pemeliharaan atas perbedaaan-perbedaan individu dilingkungan masyarakat.
6. Penyesuaian dengan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan.
7. Pertautan antara mata pelajaran, pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum dengan kebutuhan murid dan kebutuhan masyarakat tempat murid itu tinggal. (Widodo, 2008:193-194)



6. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an
Hakekat dari pendidikan adalah memerangi kebodohan, karena itu sabda Rasulullah s.a.w " Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim". Hadits ini menisbatkan siapa yang dirinya Islam, maka wajib atasnya mencari ilmu pengetahuan (belajar) agar menjadi orang yang pandai (Qs:96:1-6).

                          •   

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas (Q.S. Al- Alaq, 1-6).

Pada sisi lain, tanggung jawab lembaga pendidikan (Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, yang berlabel Islam) akan dipertanyakan konsekuensi logisnya, dalam arti sejauh mana urgensi, kiprah dan tanggung jawabnya dalam turut menjawab persoalan umat. Realisasi dari peran Perguruan Tinggi/Lembaga Pendidikan Islam dalam mempersiapkan generasi penerus yang pandai, cerdas, beriman, dan berakhlaq mulia yang dibahasakan dalam Al-Qur"an (Q.S: Ali Imran Ayat 110) harus terus diupayakan secara berkesinambungan diantaranya : Pertama, lembaga pendidikan Islam harus mampu menjadi "agent of change" mampu mencerahkan kehidupan umat dari msyarakat umum menuju sebuah kondisi yang lebih baik. Kedua, label Islam pada nama lembaga pendidikan Islam, hendaknya mampu menjadi napas kegiatan akademik menuju tumbuhnya iklim akademik yang islami yang ditandai dengan lahirnya individu yang menguasai ilmu pengetahuan, ketrampilan dan memahami nilai-nilai moral Islam yang berlaku dalam masyarakat. Ketiga, out put proses pendidikan melahirkan kader-kader yang profesional, menguasai Iptek, dan mengamalkan Imtaq serta pejuang-pejuang Islam yang tangguh. Keempat Lembaga Pendidikan Islam hendaknya menitikberatkan kurikulum pendidikannya pada corak agama dan akhlak disamping pengembangan science dan teknologi tidak kering dari norma / nilai - nilai Islam. Kelima, Lembaga Pendidikan Islam mampu menjadi pelopor pembaharuan utamanya dalam mencari jalan keluar dari problem umat kecil "miskin" terbelakang dan bodoh, menjadi muslim yang berkualitas dalam segala hal.
Berangkat dari peran Lembaga Pendidikan Islam sebagaimana yang diharapkan di atas, tidak akan mungkin terlaksana tanpa dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan (pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa) melalui pengembangan keunggulan akademik.
Dengan demikian pendidikan Islam tidak hanya akan membicarakan bagaimana keunggulan akademik dapat tercapai juga sejauh mana fungsi pencerahan institusi maupun sumber daya manusia baik sebagai pelaku pendidikan maupun sebagai outcome dari Lembaga Pendidikan itu sendiri, sebagai wujud tanggung jawabnya kepada Allah SWT, masyarakat, bangsa, dan negara.

d) Penutup
Ada beberapa istilah pendidikan yaitu “ta’lim”, “tarbiyah” dan “ta’dib”. Namun dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntunan dan tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak yang memiliki sasaran, proses, target dan tujuan tertentu. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian peserta didik menuju akhlak mulia.
Beberapa prinsip pendidikan dalam Islam adalah : Prinsip Keseimbangan hidup, prinsip persamaan, prinsip seumur hidup, sepanjang masa, dan prinsip diri. Metode pendidikan Islam meliputi, keteladanan, pembiasaan, memberi Nasihat.



















REFERENSI

Abdul Munir Mulkhan, 1993, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta, SI Press.

Ahmad D. Marimba, 1989, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, al-Ma-arif, Bandung.

Anton M. Moeliono, et, al 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

H. Syamsul Bahri Tanrere, 1993, Kaedah Pengajaran Pendidikan Agama, Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan.

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta, Pustaka Al-Husna.

Jusuf A. Feisal,1995, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani, Jakarta.

M.D. Dahlan, 1979, Prinsip-Prinsip dan Teknik Belajar: Analisa Terbentuknya Tingkah Laku, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan FIP IKIP, Bandung.

Mohammad Athiyah al-Abrasyi, 1984, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, Jakarta, Bulan Bintang.

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Mujami Qomar, 2005, Epistimologi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritis, Erlangga, Jakarta.

Omar Mohammad Al-Toumy al-Syabany, 1979, Falsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta.

Samsul Nizar, 2001, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta.

Samsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat Pers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar